I. PENDAHULUAN
A. Perumusan Masalah
1. Adakah hubungan
keeratan antara penerimaan dan pengeluaran?
2. Bagaimana mahasiswa
dalam mengelola pemasukan dan pengeluaran?
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat keeratan
hubungan antara variabel pengeluaran dan variabel penerimaan pada mahasiswa EI.
2. Mengetahui hubungan variabel
pengeluaran dan variabel penerimaan pada mahasiswa EI
II. KARAKTERISTIK DATA
1.
Tabel 2.1. Distribusi Frekuensi Data Pengeluaran Mahasiswa
EI
kelas ke-
|
Interval
|
Jumlah Frekuensi
|
Frekuensi Komulatif
|
1
|
500.000-566.666
|
7
|
35%
|
2
|
500.000-566.666
|
5
|
25%
|
3
|
633.334-700.000
|
5
|
25%
|
4
|
700.001-766.667
|
2
|
10%
|
5
|
766.668-833.334
|
1
|
5%
|
Sumber : analisis data primer
2.
Gambar 2.1. Histrrogam dan Polygon Data Pengeluaran Mahasiswa
EI
a)
Tabel histrogam
b)
Tabel poligon
3. Tabel 2.2 Ukuran
Pemusatan dan Ukuran Penyebaran Data
Mean
|
Modus
|
Median
|
St. Deviasi Sampel
|
Varians Sampel
|
662.725,25
|
554.725,5
|
533.333
|
677,57
|
57.546,67
|
Sumber : analisis data primer
Dari data pengeluaran
mahasiswa EI berdasarkan standart deviasi menunjukkan kurang baik, disebabkan
oleh penyebaran dari nilai tengah yang besar. Hal ini menunjukkan nilai ekstrim
baik yang tinggi maupun rendah. Standart deviasi yang besar juga menunjukkan
adanya perbedaan diantara anggota populasi yang mempunyai jumlah pendapatan yang
tinggi sekali dan rendah sekali, jadi titik
keseimbangan pendapatan belum mewakili dari semua pendapatan populasi. Kalau dikaitkan dengan gambar polygon dari data penguluaran mahasiswa, standart deviasi juga dipengaruhi terhadap data ekstrim tinggi yang mempengaruhi nilai rata-rata hitung.
keseimbangan pendapatan belum mewakili dari semua pendapatan populasi. Kalau dikaitkan dengan gambar polygon dari data penguluaran mahasiswa, standart deviasi juga dipengaruhi terhadap data ekstrim tinggi yang mempengaruhi nilai rata-rata hitung.
III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Pendekatan Teori
1. Fungsi konsumsi (c)
terhadap income/penerimaan (Y) didapat dengan (Y=C+S→C=a+bY)
Ø Jika seseorang menerima
pendapatan dari hasil bekerjanya , tanpa disengaja ia akan
merencanakan untuk membelanjakan GNPnya, tentu dengan memenuhi segala kewajibanny. Manusia yang normal tidak akan menyimpan GNPnya, pasti setiap GNP nya selalu dikeluarkan untuk konsumsi, dan kemungkinan sisanya akan ditabung ataupun diinvestasikan.
merencanakan untuk membelanjakan GNPnya, tentu dengan memenuhi segala kewajibanny. Manusia yang normal tidak akan menyimpan GNPnya, pasti setiap GNP nya selalu dikeluarkan untuk konsumsi, dan kemungkinan sisanya akan ditabung ataupun diinvestasikan.
2. Analisis Korelasi
Ø Antara konsumsi dan
GNP terdapat hubungan positif. Jika GNP meningkat, dengan sendirinya konsumsi
akan meningkat pula. Dan sebaliknya apabila GNP turun, konsumsi akan menuru pula.
Sedangkan konsumsi, GNP, maupun tabungan merupakan variablevariabel yang berlaku untuk
seluruh perekonomian bukan variable-variabel individual yang berlaku bagi
perorangan. Dengan demikian variable Y adalah GNP, sedangkan C adalah konsumsi
agregat, dan S merupakan agregat.
3. Analisis Regresi
Ø Apabila keadaan GNP
bernilai nol rupiah (RP. 0), keadaan sangat mustahil, keadaan yang mustahil
dapat kita gunakan sebagai kepentingan analisis.
Untuk jumlah konsumsi senantiasa mengikuti arah perkembangan GNP. Seperti GNP
meningkat, maka konsumsi meningkat pula dan sebaliknya. Jika tabungan
menunjukkan 10 juta, merupakan kenyataan yang terlihat cukup aneh, sebab pada
saat GNP adalah nol (0), maka konsumsi dapat sebesar 10 juta. Apakah mungkin
bisa terjadi seperti itu didalam kehdupan nyata? Sedang banyak kebutuhan yang harus terpenuhi seperti makanan, pakaian, dll. Keadaan seperti itu merupakan keadaan konsumsi
melebihi GNP, dengan keadaan GNP sebesar nol rupiah hingga GNP mencapai Rp.10
juta.
B. Hipotesis
1) Pendugaan koefisien
korelasi (r) ≠ 0
Hubungan antara 2 variabel dimana antara
konsumsi dan GNP terdapat hubungan positif , dimana GNP meningkat meskipun
konsumsi akan ikut meningkat dan sebaliknya.
2) Pendugaan koefisien
regresi b dan a ≠ 0
Persamaan yang menghubungkan antara
variable tidak bebas (y) dengan variable bebas (x), dimana perkembangan GNP
selalu melaju seiring jumlah konsumsi yang meningkat.
IV. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar
1. Penyajian Data
Daftar penawaran kaos merek ”cressida” dari pasar tanah abang,
Jakarta, selama bulan januari 2007
jenis barang
|
harga perlembar (RP)
|
jumlah kaos yang ditawarkan
|
A
|
1000
|
0
|
B
|
1200
|
250
|
C
|
1400
|
500
|
D
|
1600
|
750
|
E
|
1800
|
1000
|
Sumber : pengantar teori ekonomi makro dan mikro
2. Analisis data
Berdasarkan data diatas adalah daftar penawaran kaos
oblong yang ditunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara harga per unit
kaos dengan jumlah kaos yang ditawarkan. Hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan berhubungan searah,
sebab pada tingkat harga yang rendah, maka penerimaan rendah pula. Dan pada
saat tidak laku sama sekali, mereka tetap menjualnya, meskipun dalam jumlah
yang sedikit.
Pada saat harga rendah, prodosen-produsen
yang belkerja akan lebih efisien dalam menawarkan barang dagangannya dipasa,
karena produsen yang lebih efisien tentunmya belum berarti menawarkan barang
dagangannya dipasar, karena produsen yang lebih efisien sudah mendapatkan laba
dengan harga jual yang rendah tersebut,
sedangkan produsen yang kurang efisien, karena ongkos produksinya lebih
tinggi,belum mendapatkannya.
Berdasarkan analisis data diatas maka
dapat digambarkan kurva penawaran dibawah ini :
Menurut kurva diatas, kurva penawaran S
miring ke kanan atas, karena pada tingkat harga yang terlalu rendah tidak seorang
pun yang sanggup berdagang (di titik A). semakin tinggi harga, maka semakin
banyak produsen yang menawarkan barang dagangannya.
3. Interpretasi
Berdsasarekan penyajian dan analisis data
diatas dapat disimpulkan bahwa jika harga penawaran naik,maka jumlah produsen
yang mampu menwarkan barangnya akan bertambah. Sedangkan para produsen
individual merasa bahwa dengan harga
yang lebih tinggi dan laba yang akan mereka perolehpun akan menjadi bertambah
besar pula. Itulah sebabnya, pada harga jual atau harga penawaran yang
lebih tinggi jumlah yang ditawarkankan
menjadi semakin besar banyak pula.
B. Metode pengambilan
sampel
1. Penentuan lokasi
sampel
Sampel adalah suatu bagian atau proporsi
dari populasi tertentu yang menjadi kajian atau perhatian (yang diteliti).
Pemilihan sampel diperlukan ketepatan menghitung keterwakilan dankeseluruhan populasi. Oleh
sebab itu, pemilihan sampel dari populasi dilakukan dengan memberiakan peluang yang sama terhadap semua anggota
populasi untuk dipilih atau cara lain, sampel dipilih dipilih dengan
pertimbangan khusus dan disesuaikan dengan tujuan. Beberapa cara pemilihan
sampel dari populasi dapat dilakukan dengan pengocokan sampel memakai tabel
random. Adapun sampling yanmg dugunakan dalam penelitian ini adalah random sampling,
yaitu pengambilan sampel dengan cara menyampur subjek-subjek didalam populasi,
sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka setiap subjek
memperoleh kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
Lokasi penelitian dikampus 3, IAIN Walisongo
Semarang. Dari masing-masing sub populasi tersebut diambil sub sampelnya dengan
menggunakan sub kluster random sampling yaitu cara random atau acak. Sebab cara
ini merupakan cara yang sudah mewakilik sebagian mahasiswa.
2. Penentuan sampel
mahasiswa EI
Penentuan sampel yang saya gunakan adalah
acak atau random, yaitu para mahasiswa dan mahasiswi dari semester 2 sampai 8
yang saya temui didepan kelas ketika dia pulang kuliah. Adapula teman
seperjuangan saya yang saya temui diperpustakaan institut mnaupun di kost dan
kakak-kakak seatas saya yang saya temui dimasjid dan dikost.
C. Teknik pengumpulan
data
Dalam penelitian
Ilmiah atau penelitian lainnya. Pengumpulan data merupakan langkah yang mutlak
dilakukan, agar data sesuai dengan tujuan penelitian, maka perlu menggunakan
metode-metode umum, meliputi : Teknik Observasi, Wawancara, Pencatatan/Metode
Pengumpulan Data yang sesuai dengan data yang di kumpulkan.
- Teknik Observasi yaitu metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan sistenmati mengenai tigkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Dalam menggunka metode ini waktu yang di perlukan untuk mengumpulkan data lebih singkat dari waktu yang di perlukan untuk mengumpulkan data dapat lebih singkat dari waktu yang di perlukan untuk menganalisis data atau mengolah data.
- Teknik wawancara yaitu metode atau cara bertanya kepada seorang responden langsung ataupun dengan cara tidak langsung melalui komunikasi lewat telepon.
Metode ini terdiri dari 3
metode :
a.) Metode kuisioner yaitu
teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab. Di dalam metode ini ada 2
cara yaitu dengan pertanyaan terbuka yaitu kisioner yang memberi kesempatan
kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri. Dan yang kedua
menggunkan cara tertutup yaitu kuisioner yang sudah di sediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih.
b.) Metode Dokumentasi yaitu
untuk mencatat data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan-catatan
transkip, buku , surat kabar, prasasti, notulen, rapat, dll.
c.) Metode Analisis yaitu
untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengeluaran terhadap pemasukan
Mahasiswa EI.
- Teknik Pencatatan yaitu suatu metode atau cara memberi beberapa pertanyaan kepada respoinden dan di catat sesuai jawaban dari responden tersebut dan kemudian data tersebut di analisis.
D. Jenis data
Pada umumnya data
terdiri dari 2 jenis yaitu :
1.) Data sekunder
adalalah data yang sudah tersedia, sehingga kita hanya mencari dan mengumpulkan
data.
2.) Data Primer
adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau pertama (tidak
melalui media perantara ).
menurut jenis data
yang saya peroleh dari pustaka yang saya baca yaitu menggunakan jenis data
sekunder, karena data diperoleh melalui media perantara yaitu media cetak
seperti : Buku-buku evaluasi, sehingga kita dapat langsung mencari dan
mengumpulkan data dari pustaka tersebut.
Adapun data primer
dari responden yang saya teliti, meliputi teknik pengumpulan data , seperti :
1. Melaliu kisioner atau
angket
2. Wawancara
3. Observasi
4. Dokumentasi
5. Analisis data
E. Metode analisis data
1. Analisis Korelasi dan
Uji Hipotesis 1
a.) Rumus
Koefisien Korelasi
r =
b.) Perumusan Hipotesis
H0 : p = 0
Ht : p ≠ 0
c.) Kriteria Pengujian
H0 di tolak jika – t hitung
< - t tabel atau + t hitung > + t tabel.
d.) Statistik Uji
·
Menentukan nilai Uji t
misal r = -0,91
n = 5
t=
=
= -3,08
·
Menentukan daerah Keputusan misal dengan nilai
kritis 2,36
·
Menentukan keputusan. Nilai t hitung ternyata
terletak pada daerah menolak H0 dan menerima Ht. ini menunjukkan bahwa terdapat
cukup bukti untuk menolak H0 dan menerima Ht, sehingga dapat di simpulkan H0 di
tolak dan Ht di terima. Ini menunjukkan bahwa Koefisien Korelasi pada populasi
tidak sama dengan nol, dan hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang
kuat dan nyata.
2. Analisis Regresi dan
Uji Hipotesis 2
a.) Rumus Koefisien Korelasi
Sb = Sx.y
Sa =
b.) Perumusan Hipotesis
H0 : A = 0
H1 : A
0
c.) Kriteria Pengujian
H0 di tolak jika – t hitung
< - t tabel atau + t hitung > + t tabel
d.) Statistik Uji
Pendekatan uji signifikan
dikembangkan oleh Fisher bekerja sama dengan Neyman serta pearson.
Uji signifikan adalah suatu
prosedur untuk memeriksa apakah koefisien a dan b yang di hasilkan dari sampel
sesuai atau tidak dengan nilai parameter populasi sebenarnya a dan b atau yang
di hipotesiskan untuk menentukan sesuai atau tidak di gunakan kriteria uji
dengan menggunakan uji t, dengan mengasumsikan bahwa distribusinya bersifat
normal. Nilai t dinyatakan sebagi berikut :
t = (b-B)/Sb
Probabilitas Interval
keyakinan adalah
p(b-t /2-≤(b-B)/ Sb≤)t /2=t-
Atau dapat dinyatakan dengan
P(b-t /2.Sb)≤ B≤ (b + t /2.Sb)
= t –
Dalam uji signifikan perlu
menghitung Interval keyakinan, akan tetapi harus menghitung nilai t, yaitu t=
(b-B)/Sb. Kemudian terlihat apakah nilai t-hitung terletak dalam Interval
antara –t /2 dan t /2. Kalau ya, maka H0 di terima dan kalau tidak maka H0 di
tolak dan hipotesis alternative di terima.
Apabila nilai t-hitung
terletak pada –t /2 dan t /2, maka H0 di terima dan H1 di tolak. Apabila
t-hitung lebih kecil dari –t /2 (t-hitung <- t /2) atau t-hitung lebih besar
dari t /2 (t –hitung > t /2) mka H0 di tolak dan H1 di terima. Dalam bahasa
statistic, nilai parameter dugaan (a dan b) di katakana signifikan secara
statistik. Apabila berada di daerah kritis, yaitu t – hitung lebih kecil dari –t
/2 atau t-hitung lebih besar dari t /2.
V.
KARAKTERISTIK MAHASISWA EI
A. Karakteristik Sampel
Mahasiswa EI
1. Identitas Mahasiswa
EI
Dalam responden
saya bahwa dari data pengeluaran mahasiswa EI yang berpengeluaran paling banyak
adalah mahasiswa semester awal, karena mahasiswa semester awal banyak
menghabiskan wakyu untuk pulan g pergi ke kampus, disamping itu mereka banyak
disibukkan dengan tugas-tugas makalah maupun bnayak mengeluarkan uang dalam
urusan membeli buku, foto kopy, bayar kos, transport dsbg.dibandsingkan dengan
mhasiswa semester akhir yang mungkin sebagian mahasiswa sudah beranjak ke
pembuatan tuga akhit (pembuatan skripsi) sehingga wajar apabiladi data tersebut
mahasiswa semester akhir tidak begitu banyak dalam berpengeluaran, hal ini di
sebabkan karena faktor tidak seringyna ke kampus dan mahasiswa tersebut hanya
di bebankan dalam hal tugas akhir saja, sehingga mereka lebih banyak /fokus
pengeluarannya dalam hal membyar kos, makan,dll. Yang intinya pengeluaran
mahasiswa semester akhir lebih mengedepankan hal-hal yang pokok-pokok saja
dibandingkan mahasiswa semester awal yang masih banyak menyukai hiburan dalam
aktivitas kuliyahnya sehingga pengeluarannya lebih banyak di keluarkan di
bandingkan mahasiswa semester akhir.
Tabel 5.1 Identitas Mahasiswa EI IAIN
Walisongo Tahun 2011
indikator
|
Satuan
|
Rerata
|
usia
|
423
|
21,2
|
pendidikan
|
290
|
14,5
|
Sumber : Analisis data primer
2. Jenis pekerjaan utama
orang tua Mahasiswa EI
Menurut data
responden saya dalam menganalisa data Mahasiswa EI, bahwa orangtua berprofesi
dalam jabatan yang tinggi / terpandang akan mempengaruhi dalam income mahasiswa
tersebut. Akan tetapi itu tidak menjadi patokan / jaminan dalam pengeluarannya.
Dalam data tersebut disimpulkan bahwa orang tua yang jabtannya tinggi putranya
dapat berpengaluaran lebih sedikit, karena mahasiswa tersebut dapat mengontrol
dalam hal pengeluaran. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan, ataupun
temannya, dan sisanya juga dapat di tabung. Sedangkan pengeluaran yang balnce
dengan incomenya, itu di sebabkan karena mahasiswa tersebut lebih
menyeimbangkan / berpikiran apabila incomenya tersebut bisa lebih di manfaatkan
dalam hal-hal yang positif. Begitupun sebaliknya. Orangtua yang berprofesi
sederhana atau biasa-biasa sajaakan juga berpengaruh terutama dalam hal
incomenya.
Tabel 5.2 komposisi orang tua Mahasiswa EI
menurut jenis pekerjaan utama (%).
Jenis pekerjaan
|
bapak
|
Ibu
|
PNS
|
0%
|
0%
|
TNI/POLRI
|
0%
|
0%
|
Wiraswasta
|
50%
|
0%
|
Pensiun
|
0%
|
0%
|
Peternak
|
0%
|
0%
|
Mengurus rumah
tangga
|
0%
|
0%
|
Guru
|
25%
|
15%
|
Swasta
|
15%
|
70%
|
Pedagang
|
10%
|
15%
|
Jumlah
|
100%
|
100%
|
3. Distribusi Tempat
Tinggal Mahasiswa EI
Responden saya
dalam hal Distribusi tempat tinggal Mahasiswa EI juga ada yang menumpang
tinggal di PKM, hal ini juga berpengaruh pada pengeluarannya, sehingga
mahasiswa tersebut tidak membutuhkan biaya dalam hal tempat tinggal maupun
kebutuhan lainnya. Hal ini juga dapat dijadikan kesempatan mahasiswa untuk
berhemat, begitu juga mahasiswa yang ngekos di dekat kampus. Halini dapat
menghemat biaya transportasi, karena mahasiswa tersebut membutuhkan tenaganya
untuk pergi kekampus yaitu dengan berjalan kaki.atau juga bisa di manfaatkan
untuk berolahraga tiap hari. Atupun juga bisa nebenk temannya jika kosnya
terlalu jauh dengan kampus, faktor mempunyai banyak teman yang bersepeda motor
juga mempengaruhi penghematan biaya transport. Dan bagaimankah kondisi pengeluaran
mahasiswa yang nglaju?
Mahasiswa
yang nglaju ynag memanfaatkan jasa angkutan dapat berkontribusi besar terhadap
pembengkakan biaya transportasi. Sehingga terjadi keeratan antara distribusi
tempat tinggal dan pengeluaran yang saling berhubungan, karena jika tempat
tinggal jauh, maka dapat banyak mengeluarkan biaya transport. Tetepi jika
seorang mahasiswa yang nglaju menggunakan sepeda motor sendiri dari rumah, maka
akan terjadi pembengkakan pada biaya pengeluaran bensin per- liternya.
Tabel 5.3
Distribusi Tempat tinggal (%)
Distribusi
tempat tinggal
|
Presentase
|
Kost
|
60%
|
Rumah Orang Tua
|
10%
|
Rumah saudara
|
0%
|
Pondok
Pesantren
|
15%
|
Masjid
|
0%
|
PKM
|
15%
|
Jumlah
|
100%
|
Sumber : analisis data
primer
B. Pola Pengeluaran dan
Penerimaaan
Komponen
terbesar dalam data responden Mahasiswa EI yaitu komponen uang kuliah, karena
jumlah nominal uang kuliah tiap semesternya lebih besar daripada komponen uang
kos yang lebih sedikit, hal ini di sebabkan jumlah mahasiswa yang ngekos tidak
terlalu banyak jika di bandingkan dengan komponen uang kuliah yang harus di
keluarkan per-semesternya. Sehingga harga untuk memperoleh komponen tersebut
memang tinggi, dan pemenuhan kebutuhan akan komponen tersebut tidak menjadi
prioritas sehari-hari, karena uang kuliah di bayarkan sekali dalam semester.
Komponen
terkecil dalam data Mahasiswa EI yaitu komponen rokok dan komponen yang hampir
sepadan yaitu komponen rekreasi, karena mereka cenderung lebih suka berhemat,
dan sebagian mahasiswa yang berhemat yaitu termasuk mahasiswa yang ngekos. Adapun
pengeluaran mahasiswa ini lebih di gunakan kepada hal-hal yang penting saja,
seperti kebutuhan membeli buku, iuran, foto copy,dll. Kemudian menurut
responden saya dalam menyikapi komponen besar-besaran ini, responden hanya
berusaha dapat menyeimbangkan antara kebutuhan yang pokok dengan kebutuhan yang
menjadi skala prioritas, dengan kita mengatur pengeluaran terhadap penerimaan,
misalkan mendahulukan kebutuhan pokok, seperti membayar uang kuliah, dan
membelakangkan kebutuhan prioritas seperti: rokok, rekreasi,dll. Yang bisa di
jadikan hiburan di sela-sela kuliyah, Maka pengeluaran kita tidak menjadi
kekurangan dan tetap berada di bawah sisi penerimaan, artinya pengeluarannya
tetap dapat terpenuhi.
Tabel 5.4 Pola pengeluaran dan Penerimaan Mahasiwa
EI
Indikator
|
Satuan
|
Rerata
|
(%)
|
Pengeluaran :
|
Rp.
|
653700
|
100,00
|
Uang kuliah
|
Rp.
|
6000
|
|
Uang kos/pondok
|
Rp.
|
105000
|
|
Transportasi
|
Rp.
|
743500
|
|
Uang Makan
|
Rp.
|
138050
|
|
Buku/Fc
|
Rp.
|
96500
|
|
Pakaian
|
Rp.
|
175000
|
|
Rekreasi
|
Rp.
|
4250
|
|
Rokok
|
Rp.
|
7250
|
|
Lain-lain (pulsa,bensin,make up)
|
Rp.
|
58250
|
|
Penerimaan :
|
Rp.
|
722500
|
100,00
|
Kiriman orang tua
|
Rp.
|
638000
|
89,79
|
Beasiswa
|
Rp.
|
60000
|
4,57
|
Uang saku dari ibu
|
Rp.
|
5000
|
0,70
|
Uang saku dari kakak
|
Rp.
|
0
|
0
|
Uang saku paman
|
Rp.
|
43000
|
3,19
|
Uang saku kakek
|
Rp.
|
10000
|
1,40
|
Lain-lain (jualan pulsa)
|
Rp.
|
2500
|
0,35
|
Pendapatan :
|
Rp.
|
66800
|
3440
|
Sumber:
analisis data primer
Komponen
penerimaan yang terbesar pada data saya yaitu kiriman dari orang tua Bapak.
Adapun posisi perimbangannya dengan pengeluaran yaitu sebesar 15% artinya
posisi tsb merupakan rerata selisih penerimaan dengan pengeluaran yang mana
jumlah penerimaan lebih besar daripada pengeluaran, sehingga mahasiswa pada
saat berpengeluaran dapat seimbang dengan jumlah penerimaannya.
Disini
responden juga masih menyisihkan pendapatannya meskipun sisa pendapatan
tersebut sekecil apapun nominalnya, itu juga bisa dimanfaatkan mahasiswa untuk
di tabung atau membeli perlengkapan kuliyah, memenfaatkannya kepada hal-hal yag
positif seperti menjadikannya sebagai modal awal dalam berbisnis pulsa, itu
dapat menjadi lebih manfaat. Sehingga seoran g mahasiswa tidak selalu tergantung
kepada orangtuanya. Mereka juga dapat berbisnis dari sisa penerimaan yang
mereka tabung.
Gambar 5.1 Histogram
Pengeluaran
Gambar 5.2 Histogram
Penerimaan
C. Kontribusi Mahasiswa
EI terhadap Pemenuhan Biaya Hidup
Menurut data
responden saya, terdapat mahasiswa yang menjalani bisnis kecil-kecilan serambi
kuliyah dengan tujuan agar meringankan beban orang tua. Di dalam data yang saya
wawancarai, kebetulan tidak ada mahasiswa/mahasiswi yang mendapatkan beasiswa.
Jadi di dalam data saya terdapat salah satu mahasiswi yang menjalankan bisnis
kecil-kecilan serambi kuliyah yaitu dengan berjualan pulsa elektrik, baju,
ataupun bros.
Tabel 5.5 Kontribusi Mahasiswa
EI terhadap Pemenuhan Biaya Hidup (Rp.)
Kontribusi
|
Rerata (Rp)
|
(%)
|
Orangtua :
|
||
Kiriman Uang Saku
|
722500
|
95,08
|
Mahasiswa :
|
||
Beasiswa
|
60000
|
4,57
|
Upah les pivat
|
0
|
0
|
Lainnya (jualan pulsa)
|
2500
|
0,35
|
Jumlah
|
725000
|
100,00
|
VI.
HASIL ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
A. Analisis Korelasi
Tingkat
keeratan pengeluaran mehsiswa terhadap penerimaannya yaitu sangat erat. Artinya
apabila jumlah pengeluaran yang di keluarkan banyak, maka jumlah penerimaanya
akan banyak pula, begitu seblaiknya. Jika pengeluaran yang di keluarkan sedikit
maka jumlah penerimaannya pun akan sedikit.
Setiap
pengeluaran yang di keluarkan pastilah membutuhkan perimbangan tingkat
penerimaannya. Apabila kita menerima pendapatan dalam jumlah besar, maka kita
akan berfikir, untuk di gunakan apa saja jumlah uang dalam penerimaan tersebut?
Tentunya kita
mempunyai angan-angan atau rencana dalam memenuhi kebutuhan kita sehari-hari,
sehingga tingkat penerimaan kita tidak melebihi dari tinkat pengeluaran, dengan
berencana terlebih dahulu penggunaan uang dalam pengeluaran maka keinginan kita
akan suatu barang dapat termanaj dengan baik, sehingga kita dapat menyisikan
sebagian penerimaan kita untuk di tabung.
Tabel 6.1 Koefisien Korelasi
dan Koefisien Determinasi antara variabel pengeluaran dan variabel penerimaan
Mahsaiswa EI serta hasil Uji t pada Koefisien Korelasi.
R
|
R
|
t hitung
|
0,98
|
8.637.631,932
|
sumber : analisis data primer
B. Analisis Regresi
Hubungan
pengeluaran mahasiswa terhadap penerimaan saling ketergantungan. Apabila jumlah
penerimaan yang di terima banyak maka jumlah pengeluaran yang akan di
keluarakan akan banyak pula, begitu juga sebaliknya. Jika jumlah penerimaan
yang di peroleh sedikit, maka jumlah pengeluaran yang di keluarkan akan
sedikit.
Semua itu
tergantung dari diri kita sendiri, bagaimana kita memanaj keinginan kita agar
jumlah penerimaan dan pengeluaran selalu simbang.
Menurut perhitungan Standar
Eror saya, bahwa standar eror yang telah saya hitung menghasilkan nilai yang
sangat kecil yaitu, sebesar (0), ini di sebabkan karena pendugaan tidak terlalu
banyak salahnya terhadap data sebenarnya. Adapun gagasan saya apabila standar
eror besar, ini di sebabkan karena dari data sebenarnya sudah mengalami
kesalahan yang besar sehingga semakin kurang baik, karena nilai pengamatan
semakin menyebar secara luas dari garis regresinya, sehingga mengakibatkan
nilai dugannya semakin tidak akurat.
Tabel 6.2 Koefisien Regresi b
dan a, standar eror antar variabel pengeluaran dan variabel penerimaan
Mahasiswa EI (Sy.x) standar eror pada Koefisien Regresi b dan a.
Sumber
: analisis data primer
Gambar 6.1. Scatter Diagram
dan Regresi Pola pengeluaran Mahasiswa EI
Gambar diatas menunjukkan bahwa niolai Y lebih
besar dari pada X. ini ada kesalahan pendugaan terhadap nilai tersebut.
Tabel 6.3 Koefisien Regresi b
dan a antara variabel Pengeluaran dan variabel Penerimaan Mahasiswa EI serta
Hasil Uji t (uji signifikasi) pada Koefisien Regresi b dan a.
VII.
KESIMPULAN
1. Hubungan keeratan
antara variabel pengeluaran dan variabel penerimaan ditunjukkan dengan
koefisien korelasi r sebesar.
2. Persamaan regresi C=
a+bY. Pengeluaran saat tidak ada penerimaan sebesar
ditunjukkan dengan koefisien regresi a sebesar. Tambahan penerimaan 1
rupiah akan menyebabkan tambahan pengeluaran sebesar Rp ditunjukkan oleh
koefisien regresi b sebesar.
No comments:
Post a Comment